TKW Bercerita
Oleh: Riana


"Tidak ada kaya dan miskin dalam sujud dan syukur. Tidak ada kesakitan dalam keikhlasan. Sejatinya, miskin dan kaya hanya status sosial saja. Jadi jangan pernah merasa sakit hati ketika kita dihina hanya karena kemiskinan." Masih terngiang suara parau lelaki paruh baya itu. Ketika Marni jatuh terperosok dalam nista yang sangat menjijikan, hanya bapak dan ibunya yang masih setia menerima keadaannya. 

Tapi, hidup adalah sebuah perjalanan. Tidak mungkin manusia hanya diam pada titik yang jelas-jelas sudah tidak lagi memberi kehidupan yang layak. Bukan karena ingin dipandang lebih terhormat jika mampu menghasilkan kemewahan, tapi lebih kepada sebuah tanggung jawab yang memang sudah menjadi amanah dan telah bertengger di bahu manusia tersebut. Meski harus menjadikan kaki menjadi kepala, pun sebaliknya.

"Bu, bisakah Ibu diam di rumah saja? Kalaupun Ibu harus bekerja demi mencukupi kami anak-anakmu, apakah bisa tanpa Ibu harus meninggalkan kami dalam waktu yang cukup lama. Tanpa ibu membiarkan kami sekarat dalam kerinduan?" ucap seorang anak pada ibunya yang akan pergi jauh meninggalkan mereka demi apa yang disebut tanggung jawab.

"Bu, bukankah kita tinggal di bumi yang kata banyak orang bahwa; bumi kita gemah ripah loh jinawi? Lantas, kenapa Ibu harus menjejakkan kaki ke luar negeri untuk menjadi seorang tenaga kerja wanita?" 

TKW Bercerita, sebuah buku fiksi yang ingin sekali aku tulis. Bercerita bagaimana seorang TKW berjuang, bertahun bertahan dalam sebuah kerinduan. Negara Indonesia memang sudah merdeka sejak tahun 1945 pada Agustus tanggal 17. Namun, apakah kemerdekaan juga milik kami, yang hanya seorang tenaga kerja wanita? Sementara batin terus berperang melawan rindu.

Tentang sebuah perpisahan, tentunya tidak ada seorang manusia yang menginginkan perpisahan, bukan?
Entah berpisah dengan suami, karena sebuah perceraian atau bahkan kematian.
Dan aku rasa, mustahil sekali jika perpisahan itu sebuah kebahagiaan untuk seorang perempuan yang bergelar sebagai seorang istri dan seorang ibu. Tapi, terkadang seorang perempuan lebih memilih sebuah perpisahan ketimbang ia mempertahankan lara yang kian bertahta di relung hatinya. Seperti apa yang berlaku dalam rumah tangga Marni (peran utama dalam sebuah buku yang akan aku tulis).

Marni lebih memilih perceraian, dan itu adalah sebuah perpisahan yang begitu menggembirakan. Baginya, bertahan hidup dalam sebuah neraka yang telah suaminya ciptakan itu adalah kebodohan yang paling bodoh. Bertahun ia merindukan wewarna indah yang akan menghias mahligai rumah tangganya, namun harapan hanya tinggal harapan. Hanya hitam dan abu-abu yang nyata tergambar di atas kanvas pernikahannya, gumpalan demi gumpalah hinaan terus menjadi santapan untuk gendang rungunya hampir setiap hari. Penghianatan menjadi mahar atas segala kesetiaan serta pengabdiannya pada suami. 

Hingga pada akhirnya Marni memaksakan diri mengambil keputusan yang memang bukan suatu hal yang mudah, yaitu memilih jalan untuk menjadi seorang tenaga kerja wanita demi mencukupi sandang pangan anak-anaknya. Sebab, hidup memang perlukan uang. Dan yang sakit pun harus diobati.

TKW Bercerita, akan menceritakan bagaimana perihnya hidup di dalam penampungan. Yang segala apapun aktivitas harus selalu antri dan berdesak-desakkan, termasuk untuk buang air kencing dan BAB. Dan ternyata memang benar, sebuah kesuksesan itu berawal dari perjuangan yang menyakitkan. Sebab, kesuksesan bukanlah seperti ketika kita lapar kemudian lebih memilih mie instan untuk kita santap. Kesuksesan memerlukan waktu untuk berjuang yang tidak  sebentar, sukses bukanlah mie instan. 

Setelah seorang tenaga kerja wanita itu sampai pada negara tujuan, apakah konfliknya telah berakhir?
Jelas saja belum, ketika seorang tenaga kerja masuk ke dalam rumah baru, rumah majikan dengan orang-orang baru. Adat kebudayaan yang jelas-jelas tidak sama dengan orang kita, jelaslah ini awal sebuah perjuangan baru. Beradaptasi dengan orang-orang baru yang terkadang bahasa pun menjadi kendala. Belum lagi ketika mendapat kabar ada keluarga yang meninggal, orang tua dan anak sakit. 

Mungkin mereka tidak pernah merasakan bagaimana rasanya ketika tiba-tiba saja air mata menetes dengan derasnya tanpa sebab dan tanpa melihat keadaan kita, atau dalam keadaan bagaimana. Semisal; kita sedang beraktifitas, tengah mencuci baju dan piring, sedang menyapu dan mengepel lantai, atau sedang memasak, bahkan ketika kita sedang nongkrong di WC sekalipun. 

Iya, mungkin mereka tahu tapi tidak mengerti. Paham tapi belum tentu mereka bisa merasakan.
Merasakan bagaimana nikmatnya sekarat dalam kerinduan. Sementara jarak yang begitu jauh, dan terikat kontrak kerja yang masih lama.

Andai boleh menawar takdir, semua orang juga pasti ingin seperti mereka yang hidup serba berkecukupan tanpa harus bersusah-payah terlebih dahulu. Tanpa harus menjadikan kaki menjadi kepala, pun sebaliknya. Hanya demi mencukupi kebutuhan sandang pangan mereka.

Kembali lagi pada Marni. Perjuangan demi perjuangan telah Marni lalui, segala pahit-asamnya hidup di negeri rantau telah dia rasakan. Hingga suatu saat Tuhan mengirim seorang laki-laki untuk mengusik sepinya. Adalah Santo, seorang duda beranak 1. Laki-laki yang sangat baik dan bertanggung jawab yang dengan kesungguhannya ingin meminang Marni setelah dia pulang ke Indonesia nanti. 

Mungkin, itulah sebagian kisah yang sudah menjadi gambaran tulisanku nanti. Apakah kemudian Marni pulang kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi dan menerima pinangan Santo untuk menjadi istrinya? 

Jadi bagaimana, Gaes? Penasarankah dengan kisah TKW Bercerita? 
Oke, nantikan kelahirannya ya😆. Coming soon on March 2020. 


Taichung, 15 Januari 2020

Komentar

  1. Menunggu kelahiran siapa? Marni or Santo? Or hasil pertemuan keduanya? Heheee... Just jokes ya say.

    Sdh pasti harus ditunggu kisah selanjutnya.

    Smangat, say ... 😘

    BalasHapus
  2. hmmm penasaran menunggu kelanjutan kisahnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bissmillah semoga sih bisa sesuai waktu yang ditentukan Mbak😂

      Hapus
  3. Aku udah baca pas abis dishare itu... Dan membacanya lagi antara buat sesak sekaligus penasaran..

    BalasHapus

Posting Komentar

Terima kasih sudah membaca karya recehan saya, apalagi jika mau meninggalkan jejak sebagai krisan atas karya saya yang masih recehan ini.

Postingan Populer